Langsung ke konten utama

Larangan di dalam transportasi umum serta pengecualiannya

Transportasi umum seperti kereta api, bus kota, MRT, dan LRT menjadi tulang punggung mobilitas masyarakat modern, terutama di kota-kota besar. Namun, untuk menjaga kenyamanan bersama, terdapat beberapa larangan yang perlu dipatuhi oleh seluruh penumpang. Salah satu yang paling umum dan sering diperdebatkan adalah larangan makan dan minum di dalam transportasi umum.

🎯 Tujuan dari Larangan

Larangan-larangan ini bukan dibuat untuk membatasi kebebasan individu, melainkan untuk memastikan:

  • Kebersihan: Makanan dan minuman dapat menumpahkan remah, cairan, atau meninggalkan bau menyengat yang mengganggu penumpang lain.

  • Keselamatan dan Keamanan: Tumpahan minuman bisa menyebabkan lantai licin dan meningkatkan risiko tergelincir, terutama saat kendaraan sedang berjalan atau mengerem mendadak.

  • Kenyamanan: Tidak semua orang nyaman duduk di dekat seseorang yang sedang makan, terutama jika aromanya menyengat atau makanannya berantakan.

  • Efisiensi Operasional: Petugas kebersihan tidak perlu bekerja ekstra membersihkan sisa makanan dan minuman setiap hari.

🚫 Larangan Umum di Dalam Transportasi Umum

Berikut beberapa larangan yang umum diterapkan di berbagai moda transportasi umum:

  1. Makan dan Minum

  2. Merokok

  3. Berbicara Terlalu Keras

  4. Memutar Musik Tanpa Headset

  5. Membuang Sampah Sembarangan

  6. Menaruh Barang di Kursi Penumpang

  7. Mengemis atau Berjualan

  8. Menggunakan Kendaraan dalam Kondisi Mabuk

✅ Pengecualian yang Diizinkan

Meskipun larangan makan dan minum berlaku ketat di berbagai angkutan massal dalam kota seperti MRT Jakarta, Bus TransJakarta, KRL Commuter, atau bahkan KA Bandara, ada pengecualian khusus untuk layanan antarkota jarak jauh.

Misalnya:

  • Kereta api antarkota atau kereta api jarak jauh (KAJJ) biasanya menyediakan layanan makan atau membolehkan penumpang membawa makanan.

  • Bus antarkota atau AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) kerap memberi waktu istirahat untuk makan atau bahkan menyediakan makanan ringan di dalam bus.

  • Pesawat udara komersial juga menyajikan makanan dan minuman selama perjalanan, apalagi untuk rute menengah hingga rute jauh.

  • Kapal laut dan feri yang menempuh perjalanan panjang pun menyediakan kantin atau area makan terpisah.

Pengecualian ini logis karena perjalanan yang ditempuh cukup panjang dan penumpang perlu menjaga stamina, terutama saat durasi perjalanan lebih dari 2 (dua) jam.

🧠 Etika Tambahan yang Perlu Diingat

  • Jika memang harus minum obat atau air, minumlah selama tidak mengganggu.

  • Selalu buang sampah pada tempatnya, terutama bila mengonsumsi makanan dalam pengecualian seperti di kereta antarkota.

  • Hormati ruang pribadi penumpang lain dan hindari aktivitas yang bisa dianggap mengganggu.

🚍 Menuju Transportasi Umum yang Nyaman untuk Semua

Kedisiplinan dan kesadaran kolektif dalam mengikuti aturan transportasi publik menjadi bagian penting dari peradaban modern. Larangan dan pengecualian bukan sekadar aturan kaku, tetapi bentuk penghargaan terhadap hak dan kenyamanan bersama.

Kalau kita ingin transportasi umum jadi pilihan utama masyarakat, maka tanggung jawab untuk menjaganya adalah milik kita bersama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekapur sirih RaiBari Blog

Ketika kita menatap suatu kehebatan, kita sering melihat masa lalu—orang-orang yang dikenang, para penjelajah yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk menemukan dunia baru. Dan memang seharusnya demikian. Namun, seringkali yang luput dari ingatan adalah mereka yang membuat semua itu tidak mustahil. Bagaimana dengan kapal yang cukup tangguh untuk mengarungi samudra yang ganas? Siapa para insinyur yang merancangnya? Bagaimana dengan pendarat bulan yang cukup ringan agar para antariksawan bisa kembali pulang dengan selamat? Nama-nama mereka mungkin tidak tercatat di buku sejarah, tapi karya mereka mengguncangkan dunia. Merekalah para insinyur sejati—yang menggabungkan seni dan sains, mengubah imajinasi menjadi realitas, merajut masa depan dari ide liar yang kemudian menjadi batu, logam, plastik, dan sandi (kode). Merekalah yang membuat hidup kita lebih mudah, lebih efisien, dan lebih bermakna. RaiBari Blog adalah persembahan bagi mereka dan bagi Anda yang ingin menjadi seperti mereka. ...

Cara agar tidak membuang-buang sumber daya

Di tengah dunia yang semakin kompetitif dan kompleks, pengelolaan sumber daya menjadi salah satu kunci keberhasilan suatu bangsa — termasuk Indonesia. Negara kita ini dikenal sebagai kekayaan akan sumber daya alam yang melimpah ruah. Mulai dari hutan tropis yang lebat, tambang mineral yang berharga, hingga lautan yang luas dengan potensi perikanan dan energi. Tetapi kekayaan ini tidak akan berarti apa-apa jika kita justru boros dan sembrono dalam mengelolanya. 1. Mulai dari Diri Sendiri dan dari Hal yang Kecil Efisiensi tidak selalu bicara tentang skala besar. Justru sebaliknya, efisiensi sejati berakar dari kebiasaan individu yang konsisten dan sadar. Contoh sederhananya: Matikan lampu dan peralatan elektronik saat tidak digunakan. Kurangi penggunaan air berlebihan , misalnya saat mencuci atau mandi. Gunakan ulang kertas , botol, dan kantong belanja. Kurangi konsumsi yang tidak perlu , terutama produk-produk sekali pakai. Kebiasaan kecil ini mungkin tampak sepele, te...

Mengapa orang Indonesia sukses, sedangkan negara Indonesia tidak?

Secara individu, banyak orang Indonesia yang brilian. Dari insinyur teknologi di Silicon Valley hingga pemegang gelar PhD yang mengajar di universitas-universitas Barat, dari CEO multinasional hingga petinggi PBB — orang Indonesia telah berulang kali membuktikan bahwa mereka bisa bersaing sejajar dengan yang terbaik di dunia. Namun paradoksnya sangat mencolok: ketika individunya berhasil, negaranya justru tertinggal. Mengapa? Indonesia, seperti halnya India, menghadapi ironi yang kompleks: memiliki individu berkelas dunia, namun kesulitan dalam memajukan negara secara sistemik. Tulisan ini bukan untuk menyalahkan, melainkan untuk menghadapi kenyataan pahit tentang struktural dan budaya kita. Jika kita ingin Indonesia bangkit, kita harus berani mengajukan pertanyaan yang sulit: tentang diri kita sendiri, sistem kita, dan pola/cara pikir kita.