Thailand tidak semaju Jepang dan Korea Selatan, Apakah suatu negara yang tidak dijajah menjadikannya lebih maju?
Dijajah atau tidak dijajah tidak memiliki pengaruh langsung terhadap kemajuan suatu negara. Contohnya saja Thailand yang tidak semaju Jepang dan Korea Selatan, bagaimana demikian?
Perlu diketahui, wilayah Korea (kini Korea Utara dan Korea Selatan) pernah diduduki dan dijajah oleh bangsa tetangganya, yaitu Jepang pada abad ke-20. Hal berikut inilah yang menimbulkan munculnya berbagai cerita tentang para prajurit tentara Korea yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka adalah para prajurit tentara Korea yang datang ke Indonesia saat Perang Dunia II sebagai anggota bala tentara Jepang.
![]() |
| Penurunan Bendera Jepang di Keijo (kini Seoul) pada pasca Perang Dunia II, menandakan kemerdekaan Korea dari pendudukan dan penjajahan Jepang. (Sumber: 80-G-391464 Surrender of Japanese Forces in Southern Korea, S80-G-391464 Surrender of Japanese Forces in Southern Korea, September 1945 - NHHC) |
Tidak pernah dijajah, membuat suatu negara menjadi maju?
Sayangnya, pertanyaan tersebut hanyalah iming-iming yang dikatakan guru sejarah di SD belaka, dan lebih disayangkan lagi, masih cukup banyak orang Indonesia yang beranggapan demikian.
Sekarang, kita akan pusatkan perhatian pada negara-negara bukan hanya di Eropa saja, karena sejarah penaklukkan antara negara-negara di Eropa sangatlah berbelit. Selain itu istilah penjajahan dalam artian "menjelajahi, menduduki, dan menguasai suatu wilayah untuk mengambil atau mengeruk sumber daya alam" belum benar-benar digunakan hingga zaman imperialisme kuno pada sekitar abad ke-16. Hal itulah yang menyebabkan negara Eropa menguasai negara Eropa lainnya (seperti Rusia menguasai Polandia) dan negara bukan Eropa menguasai negara Eropa (seperti Turki Utsmani menguasai wilayah Balkan) lebih dianggap sebatas penaklukkan, bukan penjajahan.
Coba perhatikan peta di bawah ini:
![]() |
| Ungu: Eropa Hijau: Pernah dijajah Eropa Biru: Pernah di bawah pengaruh sebagian oleh Eropa Kuning: Pernah di bawah lingkup pengaruh Eropa Jingga (oranye): Tidak pernah dijajah Eropa Keterangan: Peta berikut akan menjadi acuan dalam menentukan negara mana yang pernah dijajah dan tidak pernah dijajah. Selain Korea (baik Korea Utara maupun Korea Selatan) yang pernah dijajah Jepang, Liberia pun akan terhitung sebagai negara terjajah, mengingat Liberia pernah berada di bawah kendali Amerika Serikat. Negara yang diarsir biru akan dianggap sebagai negara terjajah, sedangkan yang diarsir kuning tidak. (Sumber: Map: European colonialism conquered every country in the world but these five - Vox) |
Hasil perampingan tersebut menghasilkan tujuh negara yang tidak pernah dijajah sama sekali (pendudukan tidak dihitung sebagai penjajahan), yaitu Afghanistan, Bhutan, Iran, Jepang, Mongolia, Nepal dan Thailand. Di antara tujuh negara tersebut, tentu seperti yang kita ketahui bahwa hanya Jepang yang merupakan negara maju, atau 1 dari 7 (14,3%) negara yang tidak terjajah adalah negara maju. Sementara, menurut Dana Moneter Internasional (International Monetary Funds, IMF), setidaknya ada 11 dari 145 (7,6%) wilayah negara terjajah yang merupakan negara maju, seperti Hong Kong (Xianggang), Makau (Aomen), dan Taiwan. Memang bila kita bandingkan dari persentase, seolah-olah ada lebih banyak negara tidak terjajah yang maju. Namun, perlu diingat bahwa hanya ada satu negara tidak terjajah yang maju dan kebetulan jumlah negara tidak terjajah sebagai ruang sampel lebih sedikit, jadilah persentase yang tinggi tersebut.
Perihal persentase negara tidak terjajah dan maju yang lebih tinggi tersebut sama halnya dengan tingkat pembunuhan. Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat pembunuhan terendah di dunia, karena bila dibandingkan dengan jumlah penduduknya, jumlah kasus pembunuhan yang sebenarnya mencapai ribuan tersebut sangatlah kecil. Sementara itu, wilayah kecil seperti Montserrat terkesan sangat berbahaya karena tingkat pembunuhannya di tahun 2012, yakni sebesar 20,3 dari 100.000 jiwa penduduk, merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Padahal, hanya ada satu kasus pembunuhan di Montserrat pada masa itu.
Kesimpulan dari bagian ini adalah jika bertanya apa yang membuat suatu negara menjadi maju, faktor terjajah atau tidak terjajahnya suatu wilayah negara tidak dapat diperhitungkan. Hal tersebut dikarenakan bangsa penjajah sendiri memiliki kinerja yang bermacam-macam atau beranekaragam pada masing-masing jajahannya. Bisa saja bangsa penjajah sejak dahulu meletakkan dasar atau fondasi pembangunan suatu bangsa yang kuat sehingga wilayah negara yang telah dijajahnya akan lebih mudah berkembang pesat dan melambung menjadi negara maju. Contohnya Taiwan yang telah diberikan pendidikan dan pembangunan infrastruktur yang cukup memadai oleh Jepang, dan juga India bahkan Malaysia yang telah diberikan pendidikan dan pembangunan infrastruktur yang cukup memadai oleh Inggris (Britania Raya). Ada pula bangsa penjajah yang tidak memberlakukan hal demikian sehingga wilayah negara yang telah dijajahnya akan lebih sulit atau susah menjadi negara maju. Contohnya Indonesia yang sebagian besar penduduknya bahkan tidak diberikan pendidikan atau diajarkan baca tulis oleh Belanda. Intinya, kunci utama suatu kemajuan bangsa dan negara adalah kinerja politik pemerintahan, serta pembangunan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan perekonomian yang tertata baik dan benar.
Beralih ke Thailand
Jika menilik sejarah Thailand, akan sering terlihat kudeta hingga kini menurut kalangan tertentu, sengketa politik besar-besaran, dan sebagainya. Dan jangan lupakan juga undang-undang dasar (konstitusi) Thailand yang silih berganti setiap kalinya kudeta terjadi. Setidaknya, Thailand telah menggantikan undang-undang dasarnya sebanyak belasan kali, yang kini dirumuskan terakhir di tahun 2017. Intinya, Thailand selalu terganggu dengan sengketa dan carut-marut politik yang kerap kali terjadi. Selain itu, pembangunan ekonomi Thailand, khususnya pada sektor industri pasca Perang Dunia II tidak merata dan hanya terpusat di Bangkok yang kini menyumbang 50% dari PDB Thailand.
![]() |
| Sebuah siaran televisi dari Prancis menayangkan saat yang memalukan ketika sang raja Thailand sampai harus turun tangan karena isu urusan politik di tahun 1992. Saat itu, Raja Bhumibol Adulyadej (Raja Rama IX) terlihat menegur para petinggi pemerintahan militer. Akhirnya, sang perdana menteri sekaligus yang menjadi jenderal militer tersebut mengundurkan diri, kemudian berhenti dari jabatannya beberapa hari kemudian. (Sumber: Thailand Black May 1992 - YouTube) |
Rujukan (Referensi)
Catatan kaki
Bacaan lanjut



Komentar
Posting Komentar